Notice: Undefined index: license in /home/u7738878/public_html/wp-content/plugins/elementor-pro/license/api.php on line 368
Penjelasan Ringkas Rukun Islam dan Rukun Iman - Wesal Tv

Penjelasan Ringkas Rukun Islam dan Rukun Iman

rukun islam dan rukun iman

Daftar Isi

Kali ini kita melanjutkan penjelasan Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab dalam Tsalatsah Al-Ushul, membicarakan tentang pengertian Islam, rukun Islam, dan rukun Iman.

Pengertian Islam

Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab rahimahullah berkata:

Dasar yang kedua: mengenal agama Islam disertai dalil-dalilnya. Islam adalah:

اْلاِسْتِسْلاَمُ لِلَّهِ بِالتَّوْحِيْدِ، وَالْاِنْقِيَادُ لَهُ بِالطَّاعَةِ، وَالْبَرَاءَةُ مِنَ الشِّرْكِ وَأَهْلِهِ

“Berserah diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya, tunduk patuh dengan mentaati-Nya, dan berlepas diri dari kesyirikan dan pelakunya.”

Catatan. Islam berarti:

  1. Berserah diri kepada Allah dengan pasrah yang patuh pada syariat dengan mentauhidkan Allah dalam ibadah. Istislam (berserah diri) ada dua: (a) berserah diri syari, (b) berserah diri qadari. Berserah diri syari dengan mentauhidkan Allah itulah yang berpahala. Sedangkan berserah diri qadari, tidak mendapatkan pahala di dalamnya, misalnya langit dan bumi itu berserah diri (tunduk, patuh) sebagaimana disebutkan dalam surah Ali ‘Imran ayat 83.
  2. Patuh dengan taat kepada Allah, di mana taat ada dua macam: (a) taat kepada perintah Allah dengan melakukannya, (b) taat kepada larangan dengan meninggalkan larangan.
  3. Berlepas diri syirik dan pelakunya sebagaimana ditegaskan dalam surah Al-Mumtahanah ayat 4.
    Lihat Syarh Tsalatsah Al-Ushul, hlm. 68-69.
Islam Ada Tiga Tingkatan

Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab rahimahullah berkata:

Islam memiliki tiga tingkatan: Islam, iman, dan ihsan. Masing-masing tingkatan memiliki rukun tersendiri.

Catatan:

Dalil hal ini adalah hadits Jibril yang bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang Islam, Iman, dan Ihsan.

Rukun Islam Ada Lima

Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab rahimahullah berkata:

Rukun Islam ada lima: syahadatain, menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan haji ke Baitullah Al-Haram.

Dalil syahadat adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

شَهِدَ اللهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imran [3]: 18)

Maknanya adalah (لَا مَعْبُوْدَ بِحَقٍّ إِلاَّ اللهُ) “tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah”. Lafazh (لَا إِلَهَ) menafikan seluruh yang disembah selain Allah dan lafazh (إِلاَّ اللهُ) menetapkan bahwa ibadah hanya untuk Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam ibadah kepada-Nya, begitu juga tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kerajaan-Nya. Tafsir tentang ini akan jelas dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ (٢٦) إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ (٢٧) وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: ‘Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku.’ Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu.” (QS. Az-Zukhruf [43]: 26-28)

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ

“Katakanlah: ‘Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah kecuali Allah dan kita tidak persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah.’ Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: ‘Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).’” (QS. Ali Imran [3]: 64)

Dalil syahadat مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang Mukmin.” (QS. At-Taubah [9]:128)

Makna syahadat (مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ) adalah:

[1] (طَاعَتُهُ فِيْمَا أَمَرَ): mentaati Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terhadap apa yang diperintahkannya. [2] (تَصْدِيْقُهُ فِيْمَا أَخْبَرَ): membenarkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terhadap apa yang dikabarkannya. [3] (اِجْتِنَابُ مَا نَهَى عَنْهُ وَزَجَرَ): menjauhi apa yang Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam larang dan peringatkan. [4] (أَنْ لَا يُعْبَدَ اللهُ إِلاَّ بِمَا شَرَعَ): Allah tidak disembah kecuali dengan apa yang Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam syariatkan.
Dalil shalat, zakat, dan tafsir tauhid adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah [98]: 5)

Dalil puasa adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 183)

Dalil haji adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ

“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkarinya, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya dari semesta alam.” (QS. Ali Imran [3]: 97)

Rukun Iman Ada Enam

Tingkatan kedua: iman.

Iman memiliki 70 cabang lebih. Yang paling tinggi adalah ucapan (لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ) dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu adalah cabang dari iman.

Rukun iman adalah engkau beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari Akhir, dan engkau beriman terhadap takdir yang baik maupun yang buruk.

Dalil mengenai rukun yang enam ini adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, Malaikat-Malaikat, kitab-kitab, Nabi-Nabi.” (QS. Al-Baqarah [2]: 177)

Adapun dalil takdir adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ

“Sesungguhnya segala sesuatu Kami ciptakan dengan takdir-takdir.” (QS. Al-Qamar [54]: 49)

Catatan:

Iman secara bahasa berarti tashdiq.

Iman secara istilah syari berarti:

  • I’tiqad bil qalbi, keyakinan dengan hati
  • Qaulun bil lisaan, perkataan dengan lisan
  • ‘Amalun bil jawarih, beramal dengan amal perbuatan
  • Wa huwa bidh’un wa sab’uuna syu’batan, iman itu ada 70 sekian cabang

Iman kepada Allah berarti beriman kepada:

  1. Wujud Allah, dibuktikan dengan: (a) fitrah, (b) akal (pasti ada yang menciptakan sesuatu, sesuatu tidak bisa menciptakan dirinya sendiri, tidak mungkin sesuatu muncul begitu saja), (c) dalil syari (dalil kitab samawi telah membuktikan bahwa Allah itu menciptakan makhluk), (d) dalil hissi (inderawi, yaitu ada doa yang terkabul, ada mukjizat para nabi).
  2. Rububiyah Allah, yaitu mengimani Allah sebagai Rabb (mencipta, merajai, memerintah). Rububiyah Allah ini tidaklah mungkin diingkari oleh makhluk (sampai pun orang musyrik) kecuali orang-orang yang sombong.
  3. Uluhiyah Allah, yaitu beriman bahwa Allah itu satu-satu-Nya ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi.
  4. Asma’ wa Shifat (nama dan sifat Allah), yaitu menetapkan bahwa Allah menetapkan nama dan sifat dalam kitab-Nya dan sunnah Rasul-Nya tanpa ada tahrif (menyelewengkan makna), ta’thil (menolaknya), takyif (menanyakan kaifiyat, hakikatnya), tamtsil (menyamakan dengan makhluk).

Iman kepada malaikat berarti beriman kepada:

  1. Wujud
  2. Nama yang diketahui
  3. Sifatnya, seperti Jibril memiliki 600 sayap yang terbentang di ufuk
  4. Amal atau tugas, di mana malaikat tak putus-putusnya beribadah kepada Allah dan ada yang memiliki tugas khusus.

Iman kepada kitab berarti mencakup:

  1. Meyakini kitab itu diturunkan dari sisi Allah.
  2. Mengimani nama yang diketahui seperti Al-Qur’an, Taurat, Injil, Zabur.
  3. Membenarkan berita.
  4. Mengamalkan hukum selama belum dihapus.

Iman kepada rasul berarti mencakup:

  1. Meyakini kerasulan itu benar adanya.
  2. Mengimani nama-namanya.
  3. Membenarkan beritanya.
  4. Mengamalkan syariatnya yaitu rasul yang diutus kepada kita, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (sebagai penutup para nabi).

Iman kepada hari akhir mencakup:

  1. Iman kepada hari berbangkit (al-ba’tsu).
  2. Iman kepada hisab dan jaza’ (perhitungan dan pembalasan).
  3. Iman kepada surga dan neraka.

Beriman kepada hari akhir berarti beriman kepada segala sesuatu setelah kematian:

  1. Ujian malaikat ketika di kubur (fitnah kubur), bertanya tentang siapa Rabb, apa agama, siapa nabi kita.
  2. Siksa dan nikmat kubur.

Beriman kepada takdir mencakup:

  1. Beriman bahwa Allah itu mengetahui segala sesuatu secara global (mujmal) dan terperinci (tafshil).
  2. Beriman kepada kitabah, bahwa segala sesuatu telah dicatat di lauhul mahfuzh.
  3. Beriman bahwa segala sesuatu terjadi dengan masyiah (kehendak) Allah.
  4. Beriman bahwa segala sesuatu itu makhluk Allah dilihat dari dzat, sifat, dan pergerakan.

Beriman kepada takdir tidaklah berarti manusia tidak memiliki ikhtiyar (pilihan). Karena secara syari dan kenyataan (waqi’) menunjukkan bahwa manusia masih memiliki ikhtiyar.

Referensi:
Syarh Tsalatsah Al-Ushul. Cetakan kedua, Tahun 1426 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. Penerbit Dar Tsaraya.

– – – – – – – – – – – – – – – – – – – – –

25 Rabiul Awwal 1443 H, 1 November 2021
Darush Sholihin Pangggang Gunungkidul
Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com

Share:

Read

Related Posts